Pengertian Sifat Legowo Orang Jawa: Filosofi Hidup yang Penuh Kebijaksanaan
Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, suku Jawa dikenal memiliki karakter yang lembut, santun, penuh tata krama, dan kaya akan filosofi hidup. Salah satu sikap yang paling identik dengan budaya Jawa adalah sifat legowo. Istilah ini tidak sekadar kata, tetapi mencerminkan cara pandang hidup dan sikap batin seseorang dalam menghadapi kenyataan, tantangan, maupun cobaan.
Masyarakat Jawa telah mewariskan nilai ini sejak dahulu kala, baik melalui ajaran keluarga, pepatah leluhur, hingga filosofi kehidupan yang banyak dipengaruhi oleh budaya Hindu-Buddha dan ajaran Islam. Lalu, apa sebenarnya makna sifat legowo? Mengapa sifat ini dianggap penting dalam kehidupan orang Jawa?
1. Apa Itu Sifat Legowo?
Dalam bahasa Jawa, kata legowo berasal dari kata “lego” yang berarti lapang dan “dowo” yang berarti panjang. Secara filosofis, legowo menggambarkan hati yang lapang, sabar, ikhlas, dan mampu menerima sesuatu tanpa rasa marah atau dendam, meskipun keadaan tidak sesuai keinginan.
Sifat ini bukan berarti menyerah atau pasrah sepenuhnya, melainkan menerima kenyataan dengan lapang dada sambil tetap berusaha secara bijaksana. Orang yang memiliki sifat legowo memahami bahwa dalam hidup selalu ada hal yang tidak berjalan sesuai rencana, dan tidak semuanya dapat dikendalikan oleh manusia.
2. Legowo Bukan Tanda Kelemahan, tetapi Kekuatan Batin
Banyak orang salah memahami sikap legowo sebagai sifat pasif atau lemah, padahal kenyataannya justru sebaliknya. Sifat legowo adalah bentuk kematangan emosional dan spiritual.
Orang yang legowo:
- Tidak mudah tersinggung
- Tidak memaksakan kehendak
- Tidak menyimpan dendam
- Tidak iri pada rezeki atau pencapaian orang lain
- Tetap bersyukur meski menghadapi masalah
Sikap ini mengajarkan keseimbangan antara usaha lahiriah (ikhtiar) dan penerimaan batin (tawakal).
3. Akar Budaya dan Filosofi Sifat Legowo
Sifat legowo telah berkembang sejak masa kerajaan-kerajaan Jawa seperti Mataram, Majapahit, hingga Ngayogyakarta dan Surakarta. Dalam budaya Jawa, ada pepatah:
“Nrima ing pandum”
Artinya: menerima apa yang sudah menjadi bagian kita.
Namun menerima di sini bukan berarti pasrah tanpa usaha, tetapi lebih kepada menghindari sifat tamak, dengki, dan nafsu yang berlebihan.
Pengaruh agama juga memperkuat nilai ini:
- Hindu dan Buddha mengajarkan ketenangan batin dan lepas dari ego
- Islam mengajarkan tawakal, sabar, syukur, dan ikhlas
Perpaduan ajaran tersebut membentuk filosofi hidup masyarakat Jawa yang lembut dan penuh kebijaksanaan.
4. Manifestasi Sifat Legowo dalam Kehidupan Sehari-Hari
Sifat legowo dapat terlihat dalam banyak aspek kehidupan, misalnya:
a. Saat Kesempatan Hilang atau Diambil Orang Lain
Misalnya, seseorang kalah dalam pemilihan jabatan. Orang Jawa yang memiliki sifat legowo akan berkata:
“Wis ben, sing penting aku wis usaha. Mungkin durung rejekiku.”
(Sudahlah, yang penting aku sudah berusaha. Mungkin belum rezekiku.)
b. Dalam Relasi dan Konflik
Saat terjadi kesalahpahaman, orang yang legowo lebih memilih mengalah demi menjaga harmoni daripada memperbesar masalah.
c. Dalam Kehilangan atau Musibah
Ketika mengalami kegagalan atau kehilangan, sikap legowo membantu seseorang menerima takdir dengan hati lebih tenang.
5. Manfaat Memiliki Sifat Legowo
Sifat legowo membawa banyak manfaat baik secara psikologis maupun sosial, antara lain:
- Mengurangi stres dan tekanan batin
- Meningkatkan kualitas hubungan dengan orang lain
- Membantu berpikir lebih jernih dalam menghadapi masalah
- Menumbuhkan rasa syukur dan bahagia
Orang yang legowo juga biasanya lebih mudah diterima dalam lingkungan sosial karena memiliki sifat sabar dan tidak konfrontatif.
6. Tantangan dalam Mempraktikkan Sifat Legowo di Era Modern
Meskipun sifat legowo merupakan nilai positif, di era modern sifat ini menghadapi tantangan. Masyarakat kini hidup dalam dunia kompetitif yang menuntut kecepatan, ambisi, dan ketegasan. Jika tidak dipahami dengan benar, sifat legowo dapat disalahartikan sebagai tidak punya ambisi, takut bersuara, atau tidak mau berjuang.
Karena itu, keseimbangan penting:
Legowo bukan berarti berhenti berusaha, tetapi mampu menerima hasil apapun tanpa kehilangan kedamaian batin.
7. Cara Melatih Sifat Legowo
Beberapa cara untuk mengembangkan sifat ini antara lain:
- Melatih kesadaran diri (self-awareness)
- Belajar mengelola emosi
- Membiasakan rasa syukur
- Berlatih memaafkan
- Mengurangi sifat membandingkan diri dengan orang lain
- Menguatkan spiritualitas
Semakin seseorang memahami bahwa hidup tidak selalu berjalan sempurna, semakin besar kemampuannya untuk legowo.
Kesimpulan
Sifat legowo adalah bagian penting dari identitas budaya masyarakat Jawa. Nilai ini mencerminkan sikap lapang dada, ikhlas, dan menerima kenyataan tanpa kehilangan semangat untuk berusaha. Bagi orang Jawa, hidup bukan hanya tentang ambisi dan pencapaian, tetapi juga tentang menjaga hati tetap tenang, damai, dan seimbang.
Di tengah kehidupan modern yang serba cepat dan penuh persaingan, sifat legowo dapat menjadi pelajaran berharga untuk menciptakan harmoni dalam diri, keluarga, dan masyarakat. Dengan memahami nilai ini, kita bisa belajar bahwa kekuatan sejati bukan terletak pada kemenangan, tetapi pada kemampuan menerima dengan hati yang lapang dan tetap melangkah maju dengan penuh kebijaksanaan.